Jumat, 19 Maret 2010

COST EFFECTIVENESS ANALYSIS

DOWNLOAD
COST EFFECTIVENESS ANALYSIS

Teknik analisis memang berakar dari analisis biaya-manfaat, yang kemudian mengalami perkembangan hingga dewasa ini. Dari perkembangan sejarah tercatat bahwa pertama kali teknis analisis biaya-biaya ini digunakan oleh angkatan bersenjata Amerika Serikat pada sekitar dasawarsa enampuluhan. Teknik ini dengan cepat kemudian memasuki berbagai sector, termasuk diantaranya sector ekonomi.Teknik analisa biaya manfaat (ABM atau CBA) dengan mudah menjadi terkenal karena hasilnya memungkinkan pengambilan keputusan mempunyai gambaran yang lengkap dari sisi pengorbanan dan hasilnya sekaligus. Sehingga teknik ini sering disebut sebagai teknik untuk landasan kebijaksanaan yang akan mengeffisienkan alokasi dana secara lintas sektral.


Namun, teknik ini pada perkembangan waktu berikutnya menjadi kurang disukai oleh para manager local. Sehingga pada dasawarsa tujuhpuluhan terbentuk modifikasi teknik analisa biaya manfaat yang kemudian dikenal sebagai teknik analisis  effektifitas-biaya (AEB atau CEA). Perbedaan mendasar keduanya ter;letak pada perhitungan sisi manfaat programnya. Biaya pada teknik ABM mengharuskan membrikan nilaiuang dari semua manfaat program, maka pada teknik AEB hal itu tidak perlu. Yang terpenting pada teknik AEB mengharuskan semua manfaat identik untuk semua program yang diperbandingkan. Cost Effectiveness adalah analisis yang digunakan untuk memilih metode yang paling effisien dalam pencapaian tujuan akhir program.
Dalam analisis biaya, biasanya dibandingkan sebagai alternative biaya dengan jasa-jasa yang diberikan, misalnya jumlah mahasiswa yang dilayani, jumlah pasien yang masuk rumah sakit, jumlah pasien yang disembuhkan atau jumlah dan berbagai macam jasa kesehatan yang diberikan. Dalam cost effectiveness semua jasa-jasa ini dinyatakan dalam variabel-variabel status kesehatan seperti statistic mortalitas dan  morbiditas untuk kelompok tertentu. Dalam menganalisis suatu program pendidikan kesehatan, sering digunakan ukuran dari perubahan pengetahuan atau sikap sebagai hasil dari intervensi.

Analisis Cost Effectiveness
    Mengingat tidak semua manfaat (benefit) dapat diukur/dinilai dengan uang, maka beberapa macam program/proyek disektor social seperti kesehatan, pendidikan dan sebagainya, sukar dianalisis berdasarkan cost benefit analiss. Cost effectiveness merupakan alat Bantu kita dalam menganalisis proyek-proyek tersebut sebelum diputuskan alternatip mana yang akan dipilih.
    Analisis cost –effectiveness merupakan cara memilih untuk menilai program yang terbaik bila beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih (Thompson, 1980). Dalam menganalisa biaya suatu penyakit, analisa cost effectiveness mendasarkan pada perbandingan dari biaya suatu program pemberantasan tertentu dan akibat dari program tersebut dalam bentuk perkiraan dari kematian dan kasus yang bias dicegah (Quade,1979).
    Pada CEA, criteria penilaian program mana yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing alternative program sehingga program yang mempunyai discounted unit cost terendah yang akan dipilih oleh para analisis/pengambilan keputusan. Secara sistematis, unit cost dari masing-masing program dapat dihitung dengan rumus berikut:
   
                       ∑        Ct   
                                            (1+r)t
 Unit cost =        ____________________
                            Jumlah unit

Dimana :   Ct      = biaya pada tahun t
          r    = Discount rate
          t    = Tahun (1…… n).

Dalam menganalisa biaya suatu penyakit, analisis cost effectiveness mendasarkan pada perbandingan antara biaya suatu program pemberantasan tertentu dan akibat dari program tersebut dalam bentuk perkiraan dari kematian dan kasus yang bsa dicegah (Quade, 1979). Misalnya, Program A dengan biaya US $ 25.000 dapat menyelamatkan 100 orang penderita. Sehingga unit costnya atau CE rationya US $ 250/life. Sedangkan dengan biaya yang sama, program B hanya dapat menyelamatkan 15 orang penderita, berarti unit cost/CE rationya mencapai $ 1.677/life. Dalam hal ini jelas program A yang akan dipilih karma lebih effektif dari pada program B.

Perbedaan CEA
CEA berbeda dari analisis manfaat biaya (CBA) dan analisis manfaat biaya (CUA) yaitu:
1.    CEA mengungkapkan hasil unit alam (misalnya, "kasus-kasus pencegahan" atau "jumlah nyawa diselamatkan"), sedangkan
2.    CBA memberikan nilai dolar disebabkan hasil program, dan
3.    CUA adalah bentuk khusus CEA yang meliputi kualitas-hidup komponen yang terkait dengan morbiditas menggunakan indeks kesehatan umum seperti kualitas hidup yang disesuaikan tahun (QALYs) dan cacat-kehidupan disesuaikan tahun (DALYs)

   
Keuntungan CEA
1.    Hemat waktu dan sumber daya intensif
2.    lebih mudah untuk memahami
3.    lebih cocok untuk pengambilan keputusan.
Karena CEA menggunakan ukuran hasil tertentu yang harus umum di antara program-program yang dipertimbangkan, nilainya terbatas ketika program memiliki hasil yang berbeda.
Kelemahan CEA
Dalam CEA terdapat beberapa keterbatasan atau kelemahan yang dapat dibedakan kedalam keterbatasan; konsep, pengukuran, perhitungan, data dan interprestasi. Keterbatasan konsep ini menyangkut :
1.    alternative alternative tidak dapat dibandingkan dengan tepat. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sulitnya ditemui CEA yang ideal, dimana tiap-tiap alternative identik pada semua criteria, sehingga analisis dalam mendesain suatu CEA, harus sedapat mungkin membandingkan alternative alternative tersebut.
2.    pada umumnya CEA berdasarkan dari analisis suatu biaya dan suatu pengaruh misalnya rupiah/anak yang diimunisasi. Padahal banyak program-program yang mempunyai efek berganda. Apabila CEA hanya berdasarkan pada satu ukuran ke efektifan (satu biaya dan satu pengaruh) mungkin menghasilkan satu kesimpulan yang tidak lengkap dan menyesatkan.
3.    biaya dan pengaruh mana yang harus diukur? Pertanyaan ini timbul mengingat belum adanya kesempatan diantara para analisis atau ahli. Disatu pihak menghendaki semua biaya dan pengaruh diukur, sedangkan yang lainnya sepakat hanya mengukur biaya dan pengaruh-pengaruh tertentu saja.
Keterbatasan pengukuran dalam CEA, tidak berbeda jauh dengan CBA, yaitu adanya beberapa biaya dan pengaruh yang tidak dapat dukur dengan tepat, sehingga banyak CEA menggunakan asumsi-asumsi ini untuk mendapatkan ukuran-ukuran pengganti.
Karena CEA berdasarkan pada pemeriksaan atas alternative-alternatif diskret, maka sulit menentukan atau menghitung suatu alternative yang optimal yang berada pada alternative alternative diskret tersebut. Ini merupakan keterbatasan dalam hal perhitungan.
Keterbatasan lain dalam melakukan CEA adalah keterbatasan akan data yang lengkap, mudah diperoleh dan benar, serta keterbatasan akan interpretasi. CEA bukan merupakan satu-satunya pilihan dalam menentukan suatu alternative program, tapi diperlukan juga pertimbangan-pertimbangan lain sebelum program-program tersebut diputuskan untuk dipilih.
Pada decade delapanpuluhan, dan kususnya untuk sector kesehatan, teknik CBA  dan CEA dirasa kurang sesuai. Sekali lagi masalah nya terletak pada cara perhitungan sisi manfaatnya. Baik menilai manfaat dengan uang maupun membuat semua manfaat tadi identik oleh beberapa ahli masih belum bias menunjukkan beberapa manfaatdri program kesehatan dengan baik. Seharusnya hasil program kesehatan ditunjukkandari manfaatnya terhadapa peningkatan kemanfaatan hidup pasien. Sehingga kemudian diajukan teknik analisis baru yang sampai saat ini dianggap paling sesuai untuk program kesehatan. Teknik tersebut sekarang dikenal dengan nama teknik kegunaan biaya (AKB atau CUA).


Studi kasus
Riduan Joesoef dan kawan-kawan (1983) melakukan penelitian terhadap tiga alternatif pengobatan, yaitu, (a)pengobatan kombinasi dengan menggunakan 65% regimen standar dan 35% regimen jangka pendek (b) pengobatan jangka pendek dengan menggunakan 100%regimen jangka pendek , dan (c) pengobatan standard dengan menggunakan 100% regimen standar. Dalam perhitungan dari biaya, hanya biaya yang berhubungann dengan pengeluaran pemerintah untuk pembelian obat-obatan yang dihitung. Banyak pengeluaran pemerintah yang lain yang mungkin saja mempengaruhi biaya seperti biaya “overhead”, biaya tenaga kerja, biaya modal dan biaya “caseholding” tidak diperhitungkan. Oleh karenanya penelitian ini belum lagi menyeluruh. Meskipun demikian, analisis yang dilakukan menunjukkan cara pengobatan yang paling baikadalah pengobatan jangkapendek, karena ternyata cara ini memberikan manfaat yang tertinggi baik dihitung dari segi biaya maupun dari segi “effectiveness”.
Suatu analisis cost-effectiveness dicoba diterapkan di program imunisasi gabungan yang terdiri dari cacar, dipheteria, tetanus, pertusis dan tuberculosa terhadapa bayi berumur 3-14 bulan dan pencegahan tetanus neonatorium bagi ibu-ibu hamil. Lakoasi dari penelitian yang dipilih adalah puskesmas yang dilaksanakan di puskesmas kecamatan kauman dan ngunut di ulung agung, jawa timur. Penelitian dilakukan oleh Budiyono satrodjojo dkk dari P4K, Surabaya. Alternatif yang ingin dibandingkan terdiri dari dengan dan tanpa partisipasi organisasi wanita dikedua desa tersebut. Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya operasi tahunan secara nyata pada setiap kecamatan, sedangkan untuk efekifitasnya dilihat dari segi cakupan program imunisasi tersebut.
Dari data yang diperoleh didapat hasil bahwa kecamatan kauman memiliki effektifitas lebih besar dibandingkan kecamatan ngunut yaitu,  dibidang imunisasi bayi sebesar +71,04% dari target populasi, sedangkan di bidang imunisasi lengkap ibu hamil + 18,81% dari taget populasi. Akan tetapi dari pembiayaan alternatif Kauman lebih tinggi dari alternatif ngunut sebesar ( - ) Rp. 19.075,81. 




DAFTAR PUSTAKA

Ayu Novita M, Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antidiabetik Tunggal Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan Di RSU Pandan Arang Boyolali, 2008, Fakultas Farmasi Muhammadiyah, Surakarta.
Sichel Werner dan Peter Eckstein, basic economic consepts macroeconomics and microeconomics, 1974, Rand mc nally college, Publishing Compani U.S.A.
Tjiptoherijanto Prijono, Budhi soesetyo, Ekonomi Kesehatan, 1992, PAU-EK-UI, Universitas Indonesia, Jakarta.

2 komentar: